CARA ORGANIK MENCINTAI INDONESIA

Kita hidup di negara yang tiap kali kita bangun tidur ada saja persoalan baru yang meresahkan. Krisis BBM di Jember dan sekitarnya, untuk menyebut contoh. Data pribadi warga yang akan dikirim ke negara lain, contoh lainnya. Atau uang kita sendiri di bank yang mendadak tak bisa diambil hanya karena rekening dianggap "nganggur".

Dan, kita dianggap tidak miskin asal pendapatan kita di atas Rp 609.160. Bayangkan, siapa yang sanggup hidup dalam sebulan dengan pendapatan hanya Rp 700 ribu, misalnya.

Jadi, wajar kalau kemudian narasi "kabur saja dulu", "Indonesia gelap, atau "negara tanpa masa depan" bertebaran di banyak platform. Apakah itu berarti kita tak lagi mencintai negeri ini? Salah!

Pada Agustus, yang mulai kita masuki besok, bukti cinta itu dengan gampang ditemukan. Pada anak-anak yang riang mengikuti lomba, pada gapura-gapura yang dicat kembali, pada bendera dan umbul-umbul yang dipasang, atau pada tasyakuran atau tirakatan yang dihelat.

Tiap Agustus kita menunjukkan bagaimana mencintai Indonesia dengan organik. Cinta yang tumbuh dari bawah, tanpa ada komando atau setting-an dana dari atas. Sebab, kita tahu, Indonesia terbangun dengan tidak mudah dan karenanya kemerdekaan sangatlah berarti.

Yang melahirkan "kabur saja dulu" atau "Indonesia gelap" adalah kekecewaan pada bagaimana cara negara ini dijalankan oleh mereka yang berkuasa. Bagaimana bisa bicara tentang generasi emas di masa yang jauh kalau krisis BBM karena penutupan jalur yang sudah diumumkan jauh-jauh hari saja tak diantisipasi?

Apa urgensi menutup akses rakyat dari uang mereka sendiri yang disimpan? Dan, kok bisa mereka yang di atas dengan bangga mendaku kemiskinan berkurang ketika rakyat diminta bisa hidup hanya dengan Rp 700 ribu sebulan?

(Source: Jawa Pos • KAMIS 31 JULI TAHUN 2025 | HALAMAN 2)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Serving in Luwung Village: An Inspiring KKN Story

CSS GANGGANGPANJANG 2025

STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA GANGGANGPANJANG